GATEBALL SELAYANG PANDANG
Berwal di Memuro-Hokkaido, Suzuki bermaksud untuk menjadikan permainan ini bagi anak-anak di masa sulit perang dunia kedua (1947). Selain memanfaatkan kayu secara optimal, pada masa itu dirasa perlu adanya hiburan yang sederhana bagi anak-anak miskin yang tidak memiliki permainan apalagi usai perang dunia II.
Agar permainan ini menyenangkan, maka Suzuki melakukan modifikasi aturan permainan dari croquet ke gateball (Jepang:
,geeto booru), bagi kaum muda. Misalnya, luas lapangan Croquet 32 m
2
x 26,6 m
2
diminimalisir untuk lapangan gateball menjadi 20 m
2
x 15 m
2
. Demikian pula dengan jumlah bola yang bertambah menjadi 10 dibandingkan 6 bola pada croquet. Warna bola juga disimplifikasi menjadi hanya dua buah yakni merah dan putih, sementara warna bola pada croquet yaitu biru, hitam, merah, kuning, hijau dan coklat. Lama waktu permainan juga dipersingkat dari 1-3 jam menjadi hanya 30 menit.
Dalam perkembangannya, gateball semakin populer maka didirikanlah Japan Gateball Union (JGU) pada tahun 1984 sebagai sebuah organisasi nirlaba. JGU ini salah satu tugasnya adalah melakukan penyempurnaan peraturan dan melaksanakan kejuaraan gateball tingkat nasional pertama. Dipimpin oleh Ryoichi Sasakawa, gateball mendunia hingga pada tahun 1985 JGU bersama China, Korea Selatan, Brasil, USA dan Taiwan membentuk World Gateball Union (WGU). Sehingga gateball tidak semata berkembang di Jepang tetapi ke belahan dunia Asia dan Amerika. Sejumlah negara pun tertarik dengan olah raga ini hingga anggota WGU bertambah menjadi 18 negara. Yaitu Bolivia, Paraguay, Peru, Argentina, Kanada, Singapura, Hongkong, Australia, Macau, Philipina, Indonesia dan Swiss. Termasuk Indonesia menjadi negara ke 17 yang menyatakan bergabung dalam WGU.
Kiprah Gateball di Indonesia
Konon perkembangan gateball di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1994, diawali di Pulau Dewata Bali. Sebagai lokasi wisata, maka tak pelak kehadiran gateball diperkenalkan oleh para wisatawan Jepang yang berlibur di Bali. Perlahan namun pasti, gateball merebak ke propinsi lain terutama wilayah wisata favorit yakni di Jabodetabek dan DI Jogjakarta.
Melihat minat atas olahraga ini yang semakin masif, maka para pemain gateball di Bali berupaya melegalkan dengan membentuk wadah Persatuan Gate Ball Bali. Medio Oktober 2008 menjadi cikal bakal Gateball di bawah pimpinan Ida Bagus Antara sebagai salah satu Cabang Olahraga KONI Propinsi Bali.
Dalam perkembangannya, di tahun 2010 dilakukan pertemuan yang selanjutnya dikenal Pertemuan Sanur dihadiri oleh klub gateball yang ada di Bali dan Jabodetabek. Semangat sportivitas yang dibangun menjadi inspirasi bagi sejumlah klub gateball untuk mematangkannya dalam sebuah wadah nasional. Hingga terbentuklah wadah nasional bernama Persatuan Gateball Seluruh Indonesia (PERGATSI) dilengkapi dengan lambang, logo dan mars hasil karya cipta Yoseph Madrani (alm). Hingga akhirnya pada 29 Mei 2011 di deklarasikan dan dikukuhkan Pengurus Besar PERGATSI (PB PERGATSI) oleh Haryono Isman selaku Ketua Umum Pengurus Nasional FORMI (Forum Olahraga Masyarakat Indonesia) yaitu Ir.Djoko Kirmanto, Dipl.HE sebagai Ketua Umum. Sebagaimana aturan, maka pada tanggal 03 Oktober 2012 Akta Pendirian PB Pergatsi terbit.
Layaknya ciri permainan gateball, pada Rapat Tahunan KONI PUSAT 21 Februari 2013 di Bandung gateball resmi menjadi salah satu cabang olah raga (cabor) prestasi dan anggota Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang merupakan wadah resmi perhimpunan cabor di Indonesia. Setelah tercatat resmi sebagai cabor di Indonesia, maka gateball pada tahun yang sama resmi tercatat sebagai anggota ke-17 World Gateball Union (WGU) yang berkantor Pusat di Tokyo-Jepang.
Sejak saat itu, Indonesia aktif terlibat dalam sejumlah kejuaran yang diadakan Internasional, sambil berupaya agar dapat menjadi cabor resmi di PON dan SEA Games. Dalam rangka membina kompetensi atlet yang saat ini berjumlah 2.325 orang yang tersebar di 38 Propinsi pada 98 klub, PB Pergatsi aktif melakukan Kerjunas dan Kejurda serta fasilitasi kejuaran terbuka antar klub.