Sejarah


GATEBALL SELAYANG PANDANG

Menggiring bola layaknya permainan croquet yang dikenal di Eropa, menjadi ciri permainan gateball. Menurut sejarahwan Dr Prior, bahwa  permainan pukul bola dengan menggunakan kayu yang bermula dari Eropa ini adalah olahraga yang berkembang di Irlandia dan kemudian dibawa ke Inggris pada tahun 1851 di Lapangan Lonsdale. Belajar dari Croquet, Eiji Suzuki seorang pekerja industri kayu di Hokkaido, mencoba mengembangkan permainan ini menjadi jenis olahraga baru. Asalmulanya, Suzuki melihat pada masa itu terjadi booming pemanfaatan produk kayu di Jepang dan menurunnya produksi industri karet.

Berwal di Memuro-Hokkaido, Suzuki bermaksud untuk menjadikan permainan ini bagi anak-anak di masa sulit perang dunia kedua (1947). Selain memanfaatkan kayu secara optimal, pada masa itu dirasa perlu adanya hiburan yang sederhana bagi anak-anak miskin yang tidak memiliki permainan apalagi usai perang dunia II.

Olah raga ini diciptakan agar dapat dimainkan oleh Putra-Putri sekaligus tidak seperti jenis olahraga lainnya yang memiliki kategorisasi wanita dan pria. Mengingat permainan ini tidak semata olahraga tetapi kombinasi hiburan dan skill, maka pada akhir tahun 1950-an, gateball mulai digemari di Jepang berkat seorang instruktur pendidikan jasmani yang memperkenalkannya kepada perempuan dan orang tua di Kumamoto City. Kemudahan dan manfaat kesehatannya membuat gateball digemari berbagai kalangan.

Agar permainan ini menyenangkan, maka Suzuki melakukan modifikasi aturan permainan dari croquet ke gateball (Jepang:       ,geeto booru), bagi kaum muda. Misalnya, luas lapangan Croquet 32 m 2 x 26,6 m 2 diminimalisir untuk lapangan gateball menjadi 20 m 2 x 15 m 2 . Demikian pula dengan jumlah bola yang bertambah menjadi 10 dibandingkan 6 bola pada croquet. Warna bola juga disimplifikasi menjadi hanya dua buah yakni merah dan putih, sementara warna bola pada croquet yaitu biru, hitam, merah, kuning, hijau dan coklat. Lama waktu permainan juga dipersingkat dari 1-3 jam menjadi hanya 30 menit.

Keunikan permainan gateball yang tidak semata mengedepankan olahraga tetapi kombinasi ruang sosialisasi, kerjasama dan strategi. Sama dengan olahraga lainnya, dalam permainan gateball terdiri dari player/stroker, captain, manager/pelatih dan wasit. Dalam olahraga ini, Para pemain dituntut untuk fokus, tidak egois, patuh, dan tidak menyepelekan. Sementara seorang captain harus mempunyai jiwa memimpin, sopan, jelas dalam memberikan arahan, adil dan fokus. Hal-hal inilah yang menjadi salah satu variabel berkembangnya permainan gateball yang digagas oleh Suzuki menjadi permainan populer di era 1950an, terutama bagi kaum perempuan dan lanjut usia di Kumamoto City. Hingga akhirnya pada tahun 1962 terbentuk Asosiasi Gateball Kumamoto yang merumuskan aturan permainan dan akhirnya dikenal secara nasional pada tahun 1976.

Dalam perkembangannya, gateball semakin populer maka didirikanlah Japan Gateball Union (JGU) pada tahun 1984 sebagai sebuah organisasi nirlaba. JGU ini salah satu tugasnya adalah melakukan penyempurnaan peraturan dan melaksanakan kejuaraan gateball tingkat nasional pertama. Dipimpin oleh Ryoichi Sasakawa, gateball mendunia hingga pada tahun 1985 JGU bersama China, Korea Selatan, Brasil, USA dan Taiwan membentuk World Gateball Union (WGU). Sehingga gateball tidak semata berkembang di Jepang tetapi ke belahan dunia Asia dan Amerika. Sejumlah negara pun tertarik dengan olah raga ini hingga anggota WGU bertambah menjadi 18 negara. Yaitu Bolivia, Paraguay, Peru, Argentina, Kanada, Singapura, Hongkong, Australia, Macau, Philipina, Indonesia dan Swiss. Termasuk Indonesia menjadi negara ke 17 yang menyatakan bergabung dalam WGU.

Tahun 1986 merupakan kejuaran gateball dunia pertama yang diselenggarakan di Hokkaido, kota kelahiran gateball yang diikuti lima negara. Sejak saat itu, maka kejuaraan dilaksanakan setiap tahun hingga akhirnya diputuskan diselenggarakan empat tahun sekali.


Kiprah Gateball di Indonesia

Konon perkembangan gateball di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1994, diawali di Pulau Dewata Bali. Sebagai lokasi wisata, maka tak pelak kehadiran gateball diperkenalkan oleh para wisatawan Jepang yang berlibur di Bali. Perlahan namun pasti, gateball merebak ke propinsi lain terutama wilayah wisata favorit yakni di Jabodetabek dan DI Jogjakarta.

Melihat minat atas olahraga ini yang semakin masif, maka para pemain gateball di Bali berupaya melegalkan dengan membentuk wadah Persatuan Gate Ball Bali. Medio Oktober 2008 menjadi cikal bakal Gateball di bawah pimpinan Ida Bagus Antara sebagai salah satu Cabang Olahraga KONI Propinsi Bali.

Dalam perkembangannya, di tahun 2010 dilakukan pertemuan yang selanjutnya dikenal Pertemuan Sanur dihadiri oleh klub gateball yang ada di Bali dan Jabodetabek. Semangat sportivitas yang dibangun menjadi inspirasi bagi sejumlah klub gateball untuk mematangkannya dalam sebuah wadah nasional. Hingga terbentuklah wadah nasional bernama Persatuan Gateball Seluruh Indonesia (PERGATSI) dilengkapi dengan lambang, logo dan mars hasil karya cipta Yoseph Madrani (alm). Hingga akhirnya pada 29 Mei 2011 di deklarasikan dan dikukuhkan Pengurus Besar PERGATSI (PB PERGATSI) oleh Haryono Isman selaku Ketua Umum Pengurus Nasional FORMI (Forum Olahraga Masyarakat Indonesia) yaitu Ir.Djoko Kirmanto, Dipl.HE sebagai Ketua Umum. Sebagaimana aturan, maka pada tanggal 03 Oktober 2012 Akta Pendirian PB Pergatsi terbit.

Layaknya ciri permainan gateball, pada Rapat Tahunan KONI PUSAT 21 Februari 2013 di Bandung gateball resmi menjadi salah satu cabang olah raga (cabor) prestasi dan anggota Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang merupakan wadah resmi perhimpunan cabor di Indonesia. Setelah tercatat resmi sebagai cabor di Indonesia, maka gateball pada tahun yang sama resmi tercatat sebagai anggota ke-17 World Gateball Union (WGU) yang berkantor Pusat di Tokyo-Jepang.

Sejak saat itu, Indonesia aktif terlibat dalam sejumlah kejuaran yang diadakan Internasional, sambil berupaya agar dapat menjadi cabor resmi di PON dan SEA Games. Dalam rangka membina kompetensi atlet yang saat ini berjumlah 2.325 orang yang tersebar di 38 Propinsi pada 98 klub, PB Pergatsi aktif melakukan Kerjunas dan Kejurda serta fasilitasi kejuaran terbuka antar klub.

·        Diolah dari berbagai sumber